Aswaja, sejarah dan pokok-pokok ajaran lain nya
Oleh : Wahid Holik Hamzah Tkella
Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Assalamua'laikum Wr, Wb
ASWAJA ialah singkatan dari Ahlus-Sunnah Wal Jam’ah yang secara bahasa kata Ahlus-Sunnah berarti orang yang beri’tikad sesuai dengan Sunnah Nabi. Ahlul-Jama’ah adalah pengikut para sahabat. Jadi, Ahlus-Sunnah Wal Jam’ah adalah mereka yang mengikuti Nabi dan para Sahabat. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, yang bunyinya : ”Maa Ana ‘Alaihi Wa Ashhaabihi”.
Pada masa itu mucullah beberapa aliran yang secara pemikiran dan gerakan sangatlah ekstrime, diantaranya adalah Jabariyah dan Qodariyah. Jabariyah adalah aliran yang bergagasan bahwa segala sesuatu yang ada dan yang dilakukan manusia tergantung pula pada manusianya. sedangkan Qodariyah adalah aliran yang begagasan bahwa segala sesuatu yang ada dan yang dilakukan manusia tergantung pada Allah SWT semata. Kedua gagasan ini ternyata tidak melahirkan kemaslahatan pada ummat manusia secara umum sehingga pada saat itu pula, lahirlah aliran Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah atau yang biasa disebut ASWAJA oleh ummat islam NUSANTARA. ASWAJA lahir sebagai penengah dalam perspektif pemikiran juga gerakan yang dipelopori oleh Abu Hasan Al-Asy’arie. Pemikiran yang digagas oleh Abu Hasan Al-Asy’arie adalah : Segala sesuatu yang ada pada manusia tidak tergantung pada Allah dan manusia sendiri, tapi segala sesuatu yang ada dan hendak dilakukan manusia itu mencakup keduanya (Manusia dan Allah).
ASWAJA adalah sebuah keyakinan. Keyakinan itu tempatnya di dalam hati, yang datangnya dari akal (K.H. Ibnu Jaki). Gagasan ini bermakna motivasi untuk kita bahwa segala sesuatu yang akan dihadapi oleh siapa pun khususnya warga PMII, harus memikirkannya terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan.
Ajaran Pokok Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah
Ada tiga hal yang menjadi pokok ajaran Ahlus-Sunnah Wal Jam’ah, yaitu Akidah, Syari’ah / Fikih, dan Akhlaq / Tasauf.
1. Akidah
Dalam hal akidah, Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah memiliki beberapa pokok ajaran, diantaranya adalah sebagai berikut :
A. Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah tidak mudah mengkafirkan orang lain.
B. Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah berkeyakinan bahwa orang yang beriman kelak di surga bisa melihat Allah jika Allah mengijinkan.
C. Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah berkeyakinan bahwa Al-Qur’an itu adalah firman Allah dan bukan makhluk.
D. Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah menganggap bahwa Allah memiliki sifat.
E. Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah memahami keadila Allah adalah Allah menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya.
2. Syari’ah
Dalam syari’ah atau fikih NU ynag berfahamkan Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah mengakui kebenaran empat madzhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Dan bagi orang yang belum memiliki kemampuan untuk berijtihad, maka ia harus mengikuti salah satu dari ke empat madzhab tersebut.
3. Tashauf / Akhlak
Dalam hal tashauf, ada tiga golongan besar. Pertama, golongan yang tidak sepakat terhadap tashauf dan hanya berpegang pada syari’at / fikih. Diantar tokoh – tokoh golongan ini adalah Ibnu Taimiyah, Ibnu Qiyyim Al-Jauziyah, dan lain sebagainya. longan kedua adalah para tashauf yang terlalu berlebihan, bahkan meninggalakan syari’at. Mereka tidak lagi sholat dan puasa. Bagi mereka jika seseorang hatinya baik, maaka tidak perlu lagi melakukan ibadah – ibadah seperti sholat, puasa, haji dan sebaginya. Golongsn ketiga menerima tashauf tetapi juga tidak meninggalkan syari’at. Toko-tokoh ini adalah : Syekh Junaid Al-Bagdadi, Imam Al-Gozali, Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani, dan sebagainya.
Wallaahul Muwaffiq Ilaa Aqwamith-Thoriq
Assalaamu’Alaikum Wr. Wb.
Komentar
Posting Komentar